Teori-teori Sosiologi

Minggu, 03 Juli 2011

Review Film berjudul “ FOOD INC.



Oleh : Khairul Amin (08720044)
Food Inc. adalah sebuah film dokumenter tahun 2008 dari Amerika Serikat yang disutradarai oleh sutradara pemenang Emmy Award Robert Kenner.  Film ini memeriksa produksi pangan agrikultur berskala besar di Amerika Serikat, dan menyimpulkan bahwa daging dan sayur-sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan ekonomi tersebut memiliki banyak dampak bagi masyarakat luas karena makan tersebut ternyata tidak sehat dan membahayakan lingkungan. Film ini menampilkan Michael Pollan dan Eric Schlosser sebagai narator, dua kritikus berat dari pertaniann ala pabrik.
Pada awalnya, film ini menceritakan bagaimana produksi daging industrial di Amerika Serikat, antara lain daging ayam, daging sapi, dan daging babi. Film ini menjelaskan bahwa industri ini tidak manusiawi, tidak berkelanjutan secara ekonomi dan juga tidak ramah lingkungan. Selanjutnya film ini mengulas tentang produksi industrial benih dan sayur-sayuran (terutama jagung dan kacang kedelai). Terakhir, film ini bercerita tentang ekonomi dan kekuatan hukum dari perusahaan-perusahaan makanan besar, seperti undang-undang pencemaran nama baik dalam industri makanan yang mata pencahariannya didasarkan pada penyediaan makanan yang murah tetapi terkontaminasi, penggunaan berat bahan kimia berbasis petroleum (sebagian besar pestisida dan pupuk), dan promosi kebiasaan pola konsumsi makanan yang tidak sehat oleh masyarakat Amerika.
Apa yang digambarkan dalam film ini sebenarnya merupakan suatu fakta real tentang bagaimana era modern telah memberikan pengaruh yang segnifikan terhadap seluruh lini kehidupan dalam masyarakat.  Meningkatnya kebutuhan dan meluasnya pengaruh sektor industri, terutama dalam hal makanan membuat sesuatu menjadi begitu mudah. Kemudian dukungan dari sistem yang ada saat ini menjadi salah satu faktor tersendiri dalam memperparah penderitaan masyarakat.
Secara jelas dapat kita lihat dalam film yang berjudul Food Inc, yaitu bagaimana tuntutan materi menjadi motor utama untuk mencitakan sebuah inovasi, salah satunya dengan adanya restoran cepat saji yang membutuhkan banyak bahan baku dalam jumlah yang besar dan dengan jangka waktu yang relatif singkat pula, sehingga membuat para petani kewalahan. Akhirnya yang terjadi adalah bagaimana dapat menciptakan bahan baku makanan dalam jumlah yang besar dan waktu yang relatif singkat dapat  dilakukan.  Ini tergambar jelas dalam narasi film food inc bagaimana sebuah industri makanan memonopoli sektor tersebut dan dengan bantuan teknologi menciptakan makanan dengan jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Namun yang terjadi kemudian, makanan yang dihasilkan ternyata bukan makanan yang sehat. Ini terjadi karena proses penciptaan makanan, seperti daging sapi, ayam dan lain sebagainya tidak melewati proses sebagaimana adanya, tetapi melalui rekayasa dengan bantuan teknologi modern yang ada saat ini, sehingga yang terjadi, produksi makanan tersebut menjadi salah satu industri yang mematikan karena hasil produksi yang tidak sehat, kemudian mengandung penyakit kemudian ditularkan kepada para konsumen. Padahal konsumen yang dimaksud adalah konsumen dengan jumlah yang sangat besar karena produksi makanan hasil rekayasa tersebut merupakan salah satu makanan pokok masyarakat. Sehingga kemudian bukan hal yang salah jika mengatakan bahwa industri makanan sebagaimana yang tegambar dalam film food inc merupakan salah satu alat “pembunuh massal”.
Sementara itu, meskipun hal tersebut telah banyak diketahui dan industri makanan tersebut telah mendapat perlawanan dari masyarakat , namun bergining posision yang dimiliki perusahan terlalu sulit untuk dilawan, ditambah lagi dengan legitimasi dari rezim yang berkuasa terhadap industri makanan tersebut, padahal yang telah dilakukan industri itu benar-benar merupakan suatu kekacauan.
Ini adalah salah satu dampak dari budaya modern yang menuntuk segala sesuatu dengan cepat dan prktis sehingga membuat segala sesuatu disederhanakan, padahal hal tersebut bisa saja berakibat fatal bagi kelangsungan hidup masyarakat.
 Seperti yang tergambar dalam film tersebut yaitu bagaimana seorang anak meninggal dunia setelah mengkomsumsi humberger, dimana makanan tersebut adalah hasil produksi dari perusahan makanan tadi. Namun, orang tua sang anak tidak bisa melakukan apa-apa selain menuntut perusahan yang memperoduksi bahan baku makanan tersebut. Tetapi tuntuan itupun tidak menghasilkan apa-apa, karena perusahan tersebut pun tidak bisa ditutup karena pada dasarnya perusahan itu telah memilliki kekuatan hukum dan bergining posision dalam struktur global.

Review Film “Food Inc.”



Food inc adalah salah satu film dokumenter yang secara jelas memotret produksi makanan yang ada di Amerika Seriakat yaitu Jagung, sayur dan daging, yang mereka anggap sebagai penjahat makanan. Dalam film Food Inc, menunjukkan bagaimana perusahaan multinasional telah mengambil alih produksi makanan yang ada dengan memproduksi bahan baku makanan (daging, sayur, jagung dls) dalam skala besar. Film ini setidaknya mengkomunikasikan kepada para penonton bahwa jagung makanan lainnya yang saat ini dikonsumsi puluhan identitas di mana mana (terutama di luar negeri), ternyata menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup para pengkonsumsinya. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya ketika jagung dijadikan makanan hewan yang belum berevolusi (seperti sapi), yang kemudian menyebabkan hewan terserang penyakit yang diteruskan kepada konsumen dan pada akhirnya konsumen terserang penyakit akibat makanan yang mereka makan dari daging tersebut sebagaimana yang digambarkan dalam film yang berjudul food inc.
Apa yang dapat kita lihat dalam film ini pada dasarnya  merupakan sebuah kekacauan dalam industri makanan, namun kondisi kekacauan ini diperburuk oleh politik oportunistik yang dilakukan pemerintah dengan alat Pertanian Besar yang di jalankan menjalankannya, padahal yang seharusnya  dilakukan oleh pemerintah melindungi konsumen yang sudah terbiasa makan apa yang mereka inginkan.
Dalam film ini, Schlosser dan Pollan  telah berhasil membimbing penonton ke dalam lingkaran ketiga neraka makanan. Ini terlihat dengan jelas sejak awal film ini yang menampilkan animasi produksi daging, sayuran dan daging dengan skala yang sangat besar. Produksi itu kemudian menjadi sangat merikan karena daging-daging yang dihasilkan ternyata melalui proses yang tidak wajar dengan menggunakan bantuan teknologi sehingga menghasilkan daging yang cukup gemuk bahkan dengan kualitas daging yang melebihi proses alamiah. Namun kemudian, apa yang dihasilkan tersebut menjadi masalah tersendiri karena produksi sapi, ayam dan babi yang tidak melewati proses alami sangat rentan dengan penyakit, ditambah lagi dengan makanan pokok sapi, ayam dan babi adalah jagung, padahal itu bukan makanan pokok binatang teresebut, sehingga tidak heran jika daging yang dihasilkan sangat gemuk tetapi penuh dengan penyakit yang dapat membunuh para konsumen yang memakannya.
Kondisi demikian menjadi semakin rumit ketikan melihat produksi jagung ternyata juga melewati proses yang tidak alami, sehingga ini juga menjadi awal munculnya penyakit. Dan yang terjadi adalah penyakit menghasilkan penyakit, lalu dapat dipastikan penyakit itu sedah pasti sangat membunuh.
Selanjutnya, film ini memotret dengan jelas bagaimana kandang ayam, kandang sapi, kandang babi, yang sama sekali tidak lumrah jika dikatakan sebagai peternakan. Karena ayam sama sekali tidak pernah menikmati sinar matahari sama sekali. Daging-daging yang diproduksi tersebut sama sekali bukan produksi makanan yang layak untuk demikian, karena sebagaimana yang dapat dilihat dengan jelas dalam film food inc, bahwa sapi, ayam, babi sengaja diciptakan hanya untuk dijadikan makanan dengan melalui proses singkat yang tidak wajar. Ini diperarah karena hal ini dilakukan oleh perusahaan besar dengan cara memonopolinya.
Selanjutnya, dari produksi tersebut memang menimbulkan dampak yang lumayan baik, karena daging dan sayur dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Namun kemudian petaka yang lebih besar ternyata juga terjadi dimana para konsumen yang menkonsumsinya sudah dapat dipastikan terjangkit sebuah penyakit, bahkan dalam film ini di tampilkan sebuah fakta dimana seorang anak meninggal dunia setelah mengkomsumsi makanan hasil olahan yang diperoleh yang dilakukan oleh industri makanan tersebut.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dunia modern saat ini memang memberikan perubahan yang cukup besar dalam berbagai hal. Namun yang lebih memperihatinkan degan kondisi ini adalah, budaya konsumsi yang menjangkiti masyarakat global menjadi suatu virus yang menular dan pada akhirnya dapat membunuh mereka sendiri. Dikatakan demikiana karena keberadaan industri makanan yang besar sebenarnya merupakan sebauh upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan praktis tetapi kemudian hal itu secara bersamaan menjadi virus mematikan bagi masyarakat itu sendiri.
Globalisasi dan modernisasi menjadi salah satu motor pendorong terjadinya hal tersebut, terlebih lagi dengan kuatnya cengkraman kapitalisme semakin melanggengkan kondisi ini tanpa kemudian melihat apa dampaknya pada masyarakat, karena pada hakikatnya kapitalisme hanya berbicara pada akumulasi kapital tanpa menyentuh ranah subtansi atas apa yang di inginkah oleh masyarakat, termasuk makanan yang sehat untuk mereka konsumsi.

“Food Inc”: Sebuah Review



Film ini dapat dikatakan debagai film dokumenter yang berusaha memberikan kritikan pedas kepada industi besar makanan yang ada di Amerika Serikat dengan di dukung data-data dan fakta yang akurat mengenai proses yang terjadi dalam industri makanan yang ada di Amerika tersebut. Film ini Tentu saja mendapat perlawanan, terutama dari  perusahaan-perusahaan multinasional yang dibahas di dalam film dengan menolak untuk diwawancarai untuk filmkan. Ini terlihat dalam film tersebut dimana korporasi multinasional menolak akses ke pabrik pengolahan mereka.
Food Inc dengan baik menjelaskan tentan perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan di Amerika, sebagaimana yang tergambar dalam film tersebut diaman satu perusahaan di bidang makanan menjadi pemasok utama dari  seluruh bahan makanan yang ada di Amerika. Kita dapat melihat bagaimana saebuah perusahaan melakukan semua kegiatan untuk menghasilkan makanan demi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di Amerika. Mulai dari memproduksi jagung, kemudian daging hingga makanan. Namun yang kemuadian terjadi dengan hal tersebut adalah sebuah ketidak wajaran dimana daging-daging (sapi, ayam, babi) sengaja diciptakan untuk kemudian dipotong dan dijadikan makanan, sehingga ada semacam eksploitasi terhadap binatang ternak.
Pada dasarnya, Filmkan ini secara sadar dapat dikatakan sebagai upaya Counter pada apa yang telah dilakukan  oleh perusahaan makanan. Karena mulai dari awal, seluruh proses yang berkaitan dengan makanan dilakukan oleh perusahaan tersebut.  Namun ada sisi lain, film ini juga dapat diaktakan sebagai sebuah kampanye untuk mempromosikan hak-hak binatang, karena yang dilakukan oleh perusahaan dalam film ini sama sekali tidak menghargai hak-hak binatang. Ini dapat dilihat bagaimana binatang dikurung dalam satu tempat kemudian diberi makanan dalam jumlah yang besar hingga mereka gemuk, bahkan hingga tidak bisa berjalan karena kaki sang hewan tidak cukup kuat untuk menopang berat badannya. Kemudian mereka dipotong dan dijadikan makanan dan begitu seterusnya sebagai sebuah siklus bagi para binatang tersebut.
Besarnya jumlah produksi serta rekayasa genetik yang dilakukan oleh perusahaan dalam memproduksi daging maupun makanan menimbulkan permasalahan karena apa yang mereka produksi  ternyata menjadi salah satu sumber penyakit, dimana hasil produksinya mengandung penyakit yang dapat membahayakan para konsumen yang mengkonsumsi makanan dari hasil produksi perusahaan tersebut. Itu terlihat bagaimana seorang anak meninggal dunia setelah mengkonsumsi makanan itu, kemudian banyak lagi penyakit yang mungkin dihasilkan dari proses yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam menghasilkan makanan.
Apa yang terjadi dalam film dokumenter ini sebenarnya bukanlah suatu yang lumrah, tetapi menjadi sebuah ancaman bagi kehidupan dimasa depan. Namun kemudian, seiring dengan perkembangan kapitalisme yang semakin pesat, ternyata materi menjadi domain utama dalam menentukan segala bidang. Misalnya dengan praktek monopoli yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, padahal apa yang dihasilkannya rentan dengan penyakit, namun perusahaan itu mendapat keuntungan yang cukup besar. Ketika mereka ditanya terkait apa yang terjadi dengan para hewan yanghidupnya hanya untuk dipotong, mereka menjawab bahwa perusahaan mereka sebenarnya memproduksi makanan, bukan memproduksi hewan, sehingga apa yang terjadi dengan hewan-hewan dengan penyakitnya dan sebgainya tidak menjadi perhatian perusahaan. Hal yang terpenting bagi perusahaan itu adalah bagaimana mereka dapat memproduksi makanan dengan cepat dan kemudian memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan berapa banyak korban yang meninggal akibat penyakit yang dihasilkan dari makanan tersebut.

MENEMUKAN BANGSA , MENCIPTA BAHASA Bahasa, Politik, dan Nasionalisme Indonesia



Artikel ini merukan tulisan Hilman Farid dalam melihat bagaimana identitas terbentuk. Ia menjelaskan bagaimana kehadiran bahasa indonesia adalah hasil perjalanan sejarah yang mulus. Dimulai dari bahasa melayu yang berkembang di wilayah semenanjung wilayah, sumatra dan kalimantan, ia berkembang terus, nyaris tampa gangguan menuju bentuk ahirnya, yaitu bahasa indonesia. Itulah kesan umum yang saya tangkap dari sejumlah tulisan tentang sejarah bahasa indonesia, yang rata-rata ditulis sesudah perang kemerdekaan.Lebih lanjut  kerap ditambahkan bahwa bangsa indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa melayu inilah yang menjadi alat perjuangan yang sangat penting bagi bangsa indonesia, karena dengan begitu dapat menhubungkan begitu banyak entitas kesukuan dalam
Ada beberapa hal yang menarik dalam garis pemikiran ini. Pertama, dan mungkin paling penting, adalah pandangan bahwa ‘’bangsa’’ indonsia yang dibicarakan disitu sudah ada sejak waktu yang lama . Sering dikatakan bahwa bangsa, walau sempat tertekan setelah keluar dari jaman keemasannya dimasa majapahit dan sriwijaya,kembali menemukan bentuknya di abad 20. Kedua, bahwa bahasa indoneia pun tidak jauh berbeda perjalanannya. Ia seakan berjalan dalam satu untaian sejarah yang panjang , yang sekalipun coba digagalkan oleh kekuasaan kolonial tetap bertahan, dan kemudian muncul dengan nama baru ‘’bahasa indonesia’’. Kedua hal, bangsa dan bahasa, dengan begitu berjalan bersamaan melintasi waktu dan bertemu dalam kebanyakan tulisan pada tanggal 28 oktober 1928.
Pandangan di atas kira-kira dapat mewakili pandangan sejarah yang resmi sekarang ini, dan seperti halnya kebanyakan pandangan resmi hampir-hampir tidak pernah dipersoalkan secara kritis. Pidato-pidato pejabat pemerintah dan sejarawan resmi seringga hanya memberikan konfirmasi terhadap pandangan tersebut dengan menyoroti aspek tertentu atau priode tertentu, tapi tamapa .
Tulisan singkat ini akan menelaah hunungan bahwa indonesia dan nasionalisme. Argumen utamanya adalah bahwa baik bahasa maupun bangsa sekalipun memiliki akar-akar  panjang  didalam sejarah adalah temuan yang relatif baru.Nasionalisme, atau konsep tentang ‘’bangsa’’ (dalam pengertian yang modern, yaitunation), di indonesia seperti yang akan diuraikan dibawah baru mulai berkembang  dalam abad 20, tidak harus seiring dengan kemunculan Budi Utomo tapi pada kurun waktu yang kurang lebih sama. Sekali lagi berbeda dari pandangan sebagian intelektual  nasionalis yang idealistik, konsep tentang  ‘’bangsa’’ itu tidak inheren dalam masyarakat.
Fokus kajian Farid dalam hal ini lebih pada proses-proses peranan penciptaan bahasa sebagai salah satu pengikat nasionalisme Indonesia. Di samping itu, pendekatan Farid dalam tulisan tersebut lebih berat pada pendekatan sejarah. Faruk (1994) menulis masalah nasionalisme sebagai respons terhadap tulisan Foulcher. Tidak berbeda dengan Foulcher, Faruk mengkaji data-data sastra pada masa Pujangga Baru. Beberapa tulisan tersebut, tidak secara khusus mengeksplorasi masalah identitas tokoh-tokoh dalam karya sastra dan kaitannya dengan masalah nasionalitas. Di samping itu, data-data yang dikaji dalam penelitian di atas belum meliputi data-data kesastraan setelah tahun 1990-an.