Artikel ini merukan tulisan Hilman Farid dalam melihat bagaimana identitas terbentuk. Ia menjelaskan bagaimana kehadiran bahasa indonesia adalah hasil perjalanan sejarah yang mulus. Dimulai dari bahasa melayu yang berkembang di wilayah semenanjung wilayah, sumatra dan kalimantan, ia berkembang terus, nyaris tampa gangguan menuju bentuk ahirnya, yaitu bahasa indonesia. Itulah kesan umum yang saya tangkap dari sejumlah tulisan tentang sejarah bahasa indonesia, yang rata-rata ditulis sesudah perang kemerdekaan.Lebih lanjut kerap ditambahkan bahwa bangsa indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa melayu inilah yang menjadi alat perjuangan yang sangat penting bagi bangsa indonesia, karena dengan begitu dapat menhubungkan begitu banyak entitas kesukuan dalam
Ada beberapa hal yang menarik dalam garis pemikiran ini. Pertama, dan mungkin paling penting, adalah pandangan bahwa ‘’bangsa’’ indonsia yang dibicarakan disitu sudah ada sejak waktu yang lama . Sering dikatakan bahwa bangsa, walau sempat tertekan setelah keluar dari jaman keemasannya dimasa majapahit dan sriwijaya,kembali menemukan bentuknya di abad 20. Kedua, bahwa bahasa indoneia pun tidak jauh berbeda perjalanannya. Ia seakan berjalan dalam satu untaian sejarah yang panjang , yang sekalipun coba digagalkan oleh kekuasaan kolonial tetap bertahan, dan kemudian muncul dengan nama baru ‘’bahasa indonesia’’. Kedua hal, bangsa dan bahasa, dengan begitu berjalan bersamaan melintasi waktu dan bertemu dalam kebanyakan tulisan pada tanggal 28 oktober 1928.
Pandangan di atas kira-kira dapat mewakili pandangan sejarah yang resmi sekarang ini, dan seperti halnya kebanyakan pandangan resmi hampir-hampir tidak pernah dipersoalkan secara kritis. Pidato-pidato pejabat pemerintah dan sejarawan resmi seringga hanya memberikan konfirmasi terhadap pandangan tersebut dengan menyoroti aspek tertentu atau priode tertentu, tapi tamapa .
Tulisan singkat ini akan menelaah hunungan bahwa indonesia dan nasionalisme. Argumen utamanya adalah bahwa baik bahasa maupun bangsa sekalipun memiliki akar-akar panjang didalam sejarah adalah temuan yang relatif baru.Nasionalisme, atau konsep tentang ‘’bangsa’’ (dalam pengertian yang modern, yaitunation), di indonesia seperti yang akan diuraikan dibawah baru mulai berkembang dalam abad 20, tidak harus seiring dengan kemunculan Budi Utomo tapi pada kurun waktu yang kurang lebih sama. Sekali lagi berbeda dari pandangan sebagian intelektual nasionalis yang idealistik, konsep tentang ‘’bangsa’’ itu tidak inheren dalam masyarakat.
Fokus kajian Farid dalam hal ini lebih pada proses-proses peranan penciptaan bahasa sebagai salah satu pengikat nasionalisme Indonesia. Di samping itu, pendekatan Farid dalam tulisan tersebut lebih berat pada pendekatan sejarah. Faruk (1994) menulis masalah nasionalisme sebagai respons terhadap tulisan Foulcher. Tidak berbeda dengan Foulcher, Faruk mengkaji data-data sastra pada masa Pujangga Baru. Beberapa tulisan tersebut, tidak secara khusus mengeksplorasi masalah identitas tokoh-tokoh dalam karya sastra dan kaitannya dengan masalah nasionalitas. Di samping itu, data-data yang dikaji dalam penelitian di atas belum meliputi data-data kesastraan setelah tahun 1990-an.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)