Teori-teori Sosiologi

Minggu, 05 Juni 2011

PELETEKAN DASAR-DASAR PERADABAN ISLAM MASA ROSULULLAH


   Pendahuluan
            Nabi Muhammad adalah sosok terpopuler seteleh Beliua di utus oleh Allah SWT sebagai nabi terakhir. Beliau membawa penerangan bagi semua umat di dunia ini dan menjadi penyempurna agama-agama sebelumnya. Namanya sering disebut-sebut, keluhuran budi pekertinya menjadi suri tauladan bagi semua umat. Beliau lahir di tengah-tengah masyarakat arab jahiliah. Saat Rosul berusaha menerangi dan meluruskan banyak yang menentangnya. Walaupun demikian Rosul tetap berusaha terus menerus. Dan akhirnya Beliau berhasil.
Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa arab merupakan bangsa yang keadaan alamnya sangat tandus dan kering,                      karena sebagian besar permukannya terdiri dari padang pasir. Tetapi ada bagian tertentu yang selalu berair dan mengalir sampai ke laut.
Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa Smit, yaitu keturunan Sam ibn, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, dan Habsyi. Para sejarawan Arab membagi bangsa Arab atas dua kelompok besar, yaitu Arab Baidah dan Arab Baqiyah. Ke dua bangsa tersebut sudah ada jauh sebelum Islam lahir.
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al-hadlar. Kaum badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, hidupnya berpindah-pindah untuk mencari mata air dan padang rumput, karena penghidupn mereka dengan beternak, tetapi mereka hidup secara nomaden, sehingga mereka tidak banyak memberi peluang untuk membangun peradaban. Oleh karena itu sejarah tidak diketahui secara jelas. Ahl al-hadlar yaitu penduduk yang sudah bertempat tinggal di kota-kota dan pemukiman yang subur. Mereka hidup dengan berdagang, bercocok tanam, dan industri. Bangsa ini berbeda dengan bangsa badwi, mereka memiliki peluang besar untukmembangun peradaban, sehingga sejarah mereka bisa diketahui secara jelas.
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab}. Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-qabilah, yang dipilih oleh anggota paling tua. Solidaritas kesukuan atau ashabiyah qabiliyah dalam kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam sangat kuat.
Zaman jahiliah adalah zaman sebelum lahirnya islam. Zaman ini dibagi menjadi dua yaitu zaman jahiliah pertama dan zaman jahiliah kedua. Zaman jahiliah pertama tidak dapat diketahui sejarahnya tetapi zaman jahiliah kadua dapat diketahui dengan jelas. Pada zaman jahiliah ini sebenarnya masyarakat Arab sudah mengatahui ilmu pengetahuan, karena kemerosotan moral maka labal jahiliah diberikan kepadanya. 
Bangsa Arab jahiliah mempunyai beberapa pasar untuk transaksi jual beli dan pambacaan syair. Setiap tahun diperlombakan pembacaan syair. Tujuh syair terbaik ditulis dengan tinta emes dan digantungkan di Ka’bah. Ka’bah  sudah ada sejak islam belum ada  dan selalu dikunjungi oleh bangsa Arab dari seluruh penjuru jazirah untuk melaksanakan haji.
Beberapa kabilah yang pernah menguasai mekah antara lain Amaliqah, Jurhum. Khiza’ah, danQuraisy. Quraisy merebut kekuasaan dari Khiza’ah dibawah pimpinan Qushai. Qushai mendirikan dar al-nadwah untuk tempat musyawarah bagi penduduk Mekah. Selain itu, Ia juga mengatur urusan-urusan Ka’bah dengan membentuk al-siqayah, al-rifadah, al-liwa, dan al-hijabah. Keempat badan ini dipegang oleh anak cucu Qushai sampai pada Abd al-Muthallib, kakek Rosulullah saw. Sebagian besar bangsa Arab jahiliah adalah penyembah berhala. Setiap kabilah memiliki patumg sendiri. Di Ka’bah juga bertengger 360 patung. Ada empat patung yang terkenal yaitu Lata, Uzza, Manah, dan Hubal milik kabilah Quraisy. Sebenernya mereka percaya kepada Allah sebagai pencipta, pengatur dan penguasa alam semesta. Tetapi, dia ingkartentang hidup sesudah mati. Mereka menyembah patung untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kepercayaan kepada Allah adalah sisa ajaran Ibrahim as. Adapula kabibilah yang menyembah binatang atau Shabiah.
Muhammad Saw Sebelum Kenabian.
            Risulullah saw terlahir dari kalangan bangsawan Quraisy. Beliau termasuk dalam keturunan Ismail as. Keluarga Muhammad termasuk dalam salah satu penguasa Ka’bah. Rosulullah lahir dalam keadaan yatim. Kehidupan Beliau pada waktu kecil sangat sengsara. Sampai dia diasuh oleh Abu Thalib, dia sangat menyayangi Muhammad, dia pergi kemana pun Muhammad selalu diajak.  Pada saat Muhammad berusia 15 tahun terjadi perang fajar atau pendurhakaan. Muhammad pada waktu itu ikut memunguti anak panah pamannya. Perang ini mengahasilkan kesepakatan persyarikatan disebut hilf al-fudlul yaitu sumpah utama. Tujuannya yaitu memberi perlindungan kepada orang yang teraniaya di kota Mekah.
            Muhammad pada usia 24 tahun berdagang ke Syria. karena kepandaian Muhammad menarik pembeli dan juga mempunyai akhlak yang mulia Khadijah jatuh cinta kepadanya. Dan akhirnya menikah Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun.
Diangkat Menjadi Rosul
            Pada 17 Ramadlan tahun 13 sebelum hijrah, Muhammad mendapat wahyu dari Allah SWT melalui Jibril. beliau mendapatkan wahyu yang pertama yaitu surat al-Alaq. Penobatan Muhammad menjadi Rosulullah ditandai dengan turunnya wahyu kedua yaitu Surat al-Mudatstsir.
Mendakwahkan Islam dan Reaksi Quraisy
            Orang yang pertama kali menyatakan beriman adalah Khadijah, Ali ibn Abi Thalib dan Zaid ibn Haritsah. dan diikuti oleh para sahabat Muhammad. Di Mekah ditempuh dengan tiga tahap yaitu dakwah dengan diam-diam, dakwah semi terbuka, dan yang terakhir yaitu dakwah terbuka.
            Menurut Syalabi ada lima faktor penyabab orang Quraisy menentang dakwah Rosulullah, yaitu:
1.         Persaingan pengaruh dan kekuasaan.
2.         Persamaan derajat.
3.         Takut dibangkitkan setelah mati.
4.         Taklid kepada nenek moyang.
5.         Perniagaan patung.
Orang-orang Yatsrib masuk Islam
            Sudah menjadi kebiasaan Rosulullah setiap musim haji mengunjungi kemah-kemah haji untuk melakukan dakwah. Oleh karena itu orang-orang terkamuka di Yastrib mulai tertarik. Mereka pun berikrar tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membumuh anak-anak, tidak memfitnah, dan tidak mendurhakai Muhammad saw. peristiwa ini dikenal dengan Baiah al-Aqabah al-Ula(Baiat Aqabah Pertama). Dan pada beberapa saat kemudian terjadi Baiah Aqabah kedua (Baiah al-Aqabah al-Tsaniyah).
Hijrah ke Yastrib
            Kehidupan Rosulullah terncam oleh kaum Quraisy. Sehingga Rosulullah meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Tetapi Rosulullah baru berangkat ke Yatsrib selah semua kaum muslimin sudah pergi ke Yatsrib.            Rosulullah membangun masjid di kota Yatsrib. sejak kedatangan Rosulullah Yatsrib berubah nama menjadi Madinah al-Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah.
Pembinaan Masyarakat dan Peletakan Dasar-dasar Kebudayaan Islam.                      Tugas utama Rosulullah adalah membimbing masyarakat Madanah yang baru terbentuk. Rosulullah membangun Masjid Quba dan Masjid Nabawi. Rosulullah dan para sahabat mengajarkan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Rosulullah mengadakan perjanjian dengan penduduk non muslim Madinah, dalam perjanjian ini ditetapkan hak kemerdekaan memeluk agamanya masing-masing. dengan perjanjian ini kota Madinah menjadi Madinahal-Haram yang artinya yang sebenarnya. Beberapa asas mayarakat Islam yang diletakkan Rosulullah antara lain al-ikha (persaudaraan), al-musawah (persamaan), al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah), al-ta’awun (tolong menolong) dan al-adalah (keadilan).
Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam. 
            Setelah begitu banyak orong yang percaya kepada Rosulullah kekuatan Islam mulai diperhitungkan. Kekuatan yang nyata memusui Islam, yaitu orang-orang Yahudi, orang-orang munafik dan kafir Quraisy dengan sekutunya.
Rongrongann kaum Yahudi
            Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani Quraidhah. Kaum yahudi ini berusaha menghentikan perkembangan Islam yang begitu pesat dengan cara menipu, menghasut, memprovokasi dan cara-cara yang lain supaya mereka meninggalkan agamanya.
Rongrongan orang-orang munafik
            Orang-orang munafik sering kali mengaku beriman kepada Rasulullah, namun juga tidak jarang mereka menghalangi orang lain masuk Islam. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi untuk bersama-sama menghancurkan muslimin.
Rongrongan kafir Quraisy dan sekitarnya.
Dengan berpindahnya Rosulullah ke Madinah tidak menyurutkan kafir Quraisy untuk memusuhi kaum muslimin. Allah menurunkan ayat yang mengizinkan muslimin mengangkat senjata untuk melawan kafir Quraisy. Terjadi banyak peperanggan  antara kaum muslimin dangan kafir Quraisy, diantaranya perang Khandaq, disebut perang Khahad karena kaum muslimin menggunakan parit sebagai benteng pertahanan. Ada juga perang Ahzab, karena musuh yang menyerang Madinah terdiri dari golongan yang bersekutu. perang ini dituturkan dalam al-Qur’an surat ke-33 yang sesuai dengan nama perang ini, yaitu al-Ahzab.
Fase Perjuangan setelah Perang Ahzab
            Pada bulan Dzu al-qa’dah 6 H Rosulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Mereka berangkat ke Mekah tanpa membawa senjata supaya tidak ada prasangka yang bukan-bukan dari kaum Quraisy. Tetapi, kaum Quraisy tetap saja tidak memperbolehkan muslimin masuk Mekah.
            Rosulullah mengutus Utsman ibn Affan untuk menemui kaum Quraisy guna menyampaikan kedatangan mereka ke Mekah. Akan tetapi ada desas-desus bahwa Utsman ibn Affan dibunuh. Termakan oleh desas-desus tersebut Rosulullah mengadakan sumpah setia berperang sampai tercipta kemenangan, sumpah setia ini disebut baiah al-ridlwan. sumpah setia ini menggetarkan kaum Quraisy dan mereka membebaskan Utsman dan mengutus Suhail ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. perjanjian ini dikenal dengan nama Hudaibiah yang pokoknya sebagai berikut:
§  Segala permusan antara kedua pihak dihentikan selama 10 tahun.
§  Setiap orang Quraisy yang dating kepada kaum muslimin tanpa seizing walinya harus ditolak dan dikembalikan.
§  Setiap arang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak Quraisy tidak akan dikembalikan;
§  Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraisy maupun dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satupihak yang membuat perjanjian ini.
-           Kaum Muslimin tidak boleh memasuki Mekah pada tahun ini, namun diberi kesempatan pada pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa senjata, kecuali pedang dalam  sarungnya dan tidak tinggal di Mekah lebih dari tiga hari. Dalam peristiwa ini Rosulullah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam berdiplomasi. Perjanjian ini walaupun kelihatannya merugikan Muslimin tetapi malah banyak menguntungkan Muslimin. Rosulullah mulai mengirimkan surat kepada kepala-kepala Negara disekitar jazirah Arab. Usaha Rosulullah mendapat banyak tantangan dan banyak mengakibatkan peperangan. Rosulullah tidak putus asa da akhirnya berhasil.
            Pada tahun 9 H para utusan kabilah-kabilah Arab dating menghadap Rosulullah menyatakan masuk Islam. Disusul oleh perutusun dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10 H. Oleh karena itu, tahun tersebut disebut tahun perutusan atau ‘am al wufud. Setelah Rosulullah berjuang kurang lebih 20 tahun, Islam mulai merata di jazirah Arab. Bangsa Arab yang sebelumnya terpecah belah, kini mulai bersatu padu dibawah satu pemimpin yaitu Rosulullah dan bernaung di bawah satu panji yaitu panji Islam.
Haji Wada’ dan Akhir Hayat Rosulullah
            Pada tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H Rosulullah bersama 100.000 sahabatnya pergi dari Madinah ke Mekah untuk menunaikan haji. Tepat ditengah hari di Arafah, beliau meyampaikan pidato yang sangat penting, sehingga pidato tersebut dikenal dengan khuthbah al-wada’I atau pidato perpisahan. Pidato ini sangat penting karena berkaitan dengan hubungan antar manusia maupun manusia dengan penciptanya. Sekitar tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji, Rosulullah menderita demam beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya mengimami shalat jamaah. pada hari senin 12 Rabiul Awwal 11 H bertepatan 8 juni 632 M Rosulullah menghembuskan nafas terakhir dalam usia 63 tahun.  

Dilemma pasar Di indonesia (antara pasar tradisional dan pasar modern)

                 Persaingan pasar yang semakin kuat di masa sekarang ini, menghasilkan sebuah dilema. Dengan semakin beragamnya aktor yang terlibat dalam perekonomian pasar membuat dua generasi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar atau toko modern saling beradu kekuatan. Masing-masing pasar tersebut memiliki basis masa tersendiri. Pasar tradisional yang dengan merupakan pasarnya masyarakat lapis bawa cenderung dirugikan dengan hadirnya toko-toko modern.
                 Dibukanya tempat-tempat perbelanjaan modern di kota-kota besar menimbulkan kegamangan akan nasib pasar tradisional skala kecil dan menengah di wilayah perkotaan. Hilangnya pasar tradisional yang telah berpuluh tahun menjadi penghubung perekonomian pedesaan dengan perkotaan dikhawatirkan akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.
                 Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada 1998 menjadi awal masuknya ritel asing ke pasar dalam negeri. Akibatnya, persaingan dunia saudagar pun semakin sengit. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga. Akibatnya, persaingan bukan hanya antarsesama pasar modern, pasar tradisional pun menjadi korban persaingan ini. Sebab, supermarket tidak hanya mengincar pasar kelas menengah ke atas, tetapi juga kelas bawah. Dengan, kondisi ini menyebabkan pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat membanjirnya produk-produk bermutu dengan harga murah dan lingkungan perbelanjaan lebih nyaman yang disediakan. Lambat laun, sejumlah pasar tradisional gulung tikar.
Pembahasan
                 Pertumbuhan pasar tradisonal hanya 5% per tahun, sedangkan pasar modern mencapai 16%. Sementara berdasarkan data Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), untuk di Jakarta saja, hingga 2007 sudah ada tujuh pasar yang tutup. Persoalan ini tentu juga dialami di negara berkembang lainnya. Kendati persaingan antar supermarket secara teoritis menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, tetapi dampaknya pada pasar tradisional tidak bisa dihindari.
                 Dengan berbagai persoalan yang dihadapi pasar tradisional selama ini, sangat mustahil bisa bersaing dengan ritel modern. Apalagi, pasar tradisional identik dengan tempat kumuh, semrawut, kotor, tindakan kriminal tinggi, tidak nyaman, fasilitas minim seperti parkir, toilet, tempat sampah, listrik, air, jalan becek dan sempit. Bandingkan dengan ritel modern yang nyaman, aman, dan harga bahkan lebih murah untuk ritel-ritel tertentu. Jangankan pasar tradisonal, berdirinya pasar modern besar juga telah mematikan mall-mall lainnya yang lebih kecil. Ditingkat ini rupanya pasar benar-benar seperti rimba belantara tanpa aturan, karena persaingan dimenangkan oleh yang paling kuat, paling besar dan paling menguasai.
                 Hal tersebut sangat berdampak pada pasar tradisional, karena dipasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi masyarakat terjadi. Disini uang beredar dibanyak tangan, tertuju dan tersimpan dibanyak saku, rantai perpindahannya lebih panjang, sehingga kelipatan perputaran yang panjang itu berdampak pada pergerakan perekonomian bagi kota dan daerah. Berbeda dengan pasar modern besar, semua uang yang dibelanjakan tersedot pada hanya segelintir penerima yang disebut dengan kasir dan efeknya bagi perputaran ekonomi lebih pendek, karena itu sesungguhnya tidak terlalu membawa dampak pada perputaran sektor lain diluar dirinya.
                 Teori ini merupakan teori ekonomi makro sederhana, dimana bila uang disatu daerah rantai perpindahannya lebih panjang, maka uang tersebut akan mampu membawa perputaran ekonomi lebih tinggi bagi daerah tersebut, sebaliknya bila rantai perputarannya pendek maka tidak akan banyak memberi dampak kemajuan ekonomi.
Catatan kritis
                 Jika dilihat dari berbagai segi antara pasar tradisional dan pasar modern dapat dikatakan bahwa yang terjadi pada dasarnya bukan persaingan, tetapi penindasan kemudian lubang kubur bagi pasar teradisional yang dilahirkan oleh kebijakan yang tidak sensitif pada nasib pedagang tradisional. Bukanlah persaingan bila keseimbangan tidak terjadi. Persaingan diawali dari kesetaraan, kesesimbangan dan kesamaan posisi.
                 Persaingan hanya memberi ruang kompetisi strategi, karena itu persaingan selalu saja berada dalam satu kelas yang sama, strata yang sama atau cakupan yang sama. Bukanlah persaingan bila pesertanya tidak seimbang, karena yang akan terjadi justru pembantaian.
Referensi :
Baso Swasta dan Irawan, , 2002.  Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta: Delta Khoirunnisa
Sutisna, 2001. Prilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,  Yogyakarta : Remaja Rosdakarta
Rahman, Afzalur. . 1995,  Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Wakaf

Qurban Sebagai Refleksi Sosial


Setiap kali tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha. Sudah pasti, gema takbir dan tahmid membahana di seluruh pelosok menyambut kedatangan hari yang penuh pesan kemanusiaan ini. Kendati arus mudik tidak akan seramai di hari raya Idul Fitri, namun tetap saja 10 Dzulhijjah ialah hari yang sangat berarti untuk kaum Muslim seluruh dunia. Pesan solidaritas kemanusiaan Idul Adha dengan tegas diwujudkan dalam bentuk ibadah qurban. Anjuran berqurban (menyembelih hewan) kepada yang mampu melaksanakannya menunjukkan betapa Islam sangat mementingkan nasib fakir-miskin (dhu'afa). Pada Hari Raya Idul Adha, dengan penyembelihan hewan qurban (udlhiyah), tidak ada seorang pun manusia yang harus merasakan kelaparan dan kemiskinan.
            "Qurban", secara etimologi berarti "pendekatan", yang mengandung arti bahwa upaya mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan jalan mempersembahkan harta dijalan-Nya untuk kepentingan umat manusia. Qurban berasal dari bahasa Arab yang bermakna qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah. Qurban atau kurban, adalah bekerja keras dengan segala kemampuan yang ada serta mengalahkan dominasi egoisme termasuk ego kepemilikan harta, untuk meningkatkan kualitas hidup agar seseorang menjadi dekat kepada Tuhan.
            Ibadah qurban yang kita laksanakan sebenarnya hanyalah sebuah simbol ketakwaan. Dalam al-Quran dijelaskan bahwa, "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj [22]:37). Ini menunjukkan, hewan qurban yang kita sembelih, diharapkan agar membantu sesama berdasarkan semangat ketakwaan, keikhlasan, tanpa pamrih dan tidak  riya.



Pembahasan
            Membangun solidaritas kemanusiaan bukan hanya tertuju pada sesama muslim saja, tetapi kepada seluruh manusia tanpa terikat perbedaan agama, etnis, ras, atau suku. Sebab, Islam di awal pertumbuhannya, menentang perbudakan yang saat itu dianggap sebagai kelaziman. Karena itulah, kelompok yang memusuhi Muhammad Saw. dan umat Islam masa itu adalah pemilik budak dan pengusaha yang memonopoli kekayaan, sebab mereka merasa terganggu. Gerakan Islam saat itu mengancam tatanan sosial-politik yang menguntungkan mereka (kaum tiran) karena bertujuan menggugat despotisme, seperti halnya Ibrahim a.s menentang despotisme Namrud.
            Nabi Ibrahim a.s membongkar mitos "penguasa tiran dan despotis" pada diri Namrud dengan menghancurkan berhala-berhala. Begitu juga Nabi Musa a.s, berjuang membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan Fir'aun. Maka, memahami dan mengembangkan ritualitas agama, tidak boleh melepaskan diri dari problem kemanusiaan. Kita harus menyadari bahwa agama (Islam) lahir dalam alam historisitas kemanusiaan yang praksis, sehingga orientasi akhir ritual agama adalah kemaslahatan manusia.
            Hari raya Idul Adha dan peristiwa qurban, tidak hanya dimaknai sebagai wujud kepasrahan total Nabi Ibrahim a.s kepada Tuhan. Ibadah qurban memiliki makna pembebasan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan dari kesemena-menaan sang tiran yang despotis lainnya. Ketika Tuhan mengganti Ismail dengan seekor domba, berarti pesan-Nya ingin memaklumkan manusia agar tidak lagi menginjak-injak manusia lain dan harkat kemanusiaannya. Dia adalah Tuhan yang ingin menyelamatkan dan membebaskan manusia dengan mengangkat harkat-derajat kemanusiaan dari laku tiran dan menindas, sebagai tanda dari penghargaan atas eksistensi manusia dan kemanusiaan.
            Pemuka orang-orang Mekkah masa dulu, terdiri dari orang-orang kaya, sehingga pemerintahannya lebih tepat dinamai dengan plutokrasi (pemerintahan oleh orang-orang kaya), dimana mereka tidak memedulikan realitas masyarakat Mekkah yang miskin. Maka, pada posisi itulah, Al-Quran berfungsi untuk melakukan kritik terhadap penyimpangan sosial yang dilakukan orang-orang kaya di Mekkah. Seperti yang terkandung dalam Surah Al-Fajr [89], ayat 17-20, "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur-baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan."
Penutup
            Tauhid dan Semangat pembebasan Kita tidak dibenarkan mengorbankan manusia lainnya dengan dalih manipulatif, apalagi dengan klaim demi kepentingan-Nya. Dengan pemaknaan seperti itu, sebetulnya Idul Adha mengandung semangat pembebasan bagi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Idul Adha menegaskan dua hal penting yang terkandung di dalamnya. Pertama, semangat ketauhidan, yakni keesaan Tuhan yang tidak memilah antar manusia atau membeda-bedakannya. Di dalam semangat ketauhidan itu, terkandung pesan pembebasan manusia dari penindasan manusia lainnya atas nama apapun. Baik nama kepentingan sendiri, bahkan tidak atas nama agama. Kedua, Idul Adha adalah suatu penegakan nilai-nilai kemanusiaan, yang menekankan pentingnya solidaritas dan kesatuan kemanusiaan tanpa dideterminasi kepentingan di luar pesan inti ketuhanan. Maka, ritual keagamaan – termasuk ibadah qurban – selalu mempunyai dua dimensi. Dimensi keyakinan pada Tuhan dan praksis sosial-kemasyarakatan. Sebab, agama memang diperuntukkan bagi manusia dan diturunkan ke bumi untuk memperbaiki tatanan sosial yang tidak terstruktur dengan rapi dan harmoni.
            Namun, risalah kemanusiaan Islam yang sebetulnya menjadi tujuan utama, tereduksi ritualisme aspek ibadah kepada Tuhan. Seakan-akan agama hanya untuk kepentingan individu dengan Tuhan semata, terlepas dari kepentingan sosial-kemanusiaan. Kita melihat, kemiskinan lebih banyak dirasakan orang, sementara kekayaan hanya dicicipi segelintir orang. Maka, saya pikir problem kita hari ini adalah lunturnya proses menegakkan keadilan, sehingga Idul Adha kali ini adalah keharusan untuk mewujudkan keadilan sosial di antara manusia.
            Oleh karena itu, yang perlu kita usahakan kini adalah bagaimana menegakkan keadilan di bidang-bidang sosial-ekonomi, sehingga kekayaan tidak menumpuk pada sekelompok orang. Sekarang, kita membutuhkan dua sosok simbol keteladanan, yakni Ibrahim a.s sebagai pejuang pembebasan kemanusiaan itu sendiri, dan Ismail a.s sebagai pesan simbolik kolektivitas menegakkan nilai-nilai keilahiyan di tengah masyarakat.
            Itulah yang harus dipraksiskan setiap saat, sepanjang hayat yang bisa diawali dengan menangkap semangat Idul Adha. Sebab, solidaritas kemanusiaan adalah kebiasaan ilahiyah yang harus mendarah daging, sesuai dengan kata idul, yang berarti adat atau kebiasaan yang terus berulang dilaksanakan dalam seluruh aktivitas hidup manusia beriman.

Peradaban Islam Pada Masa Umayyah Timur


Daulah Umawitah Timur merupakan fase ketiga kekuasaan islam  yang kurang lebih satu Abad.  fase ini bukan saja menunjukkan perubahan system kekuasaan islam dari masa sebelumnya, melainkan juga perubahan lain lain dibidang Peradaban dan Social. Dinasti Umawiyah dalam keberhasilannya meakukan Ekspansi kekuasaan islam jauh lebih besar dari pada Imperium Roma pada masa puncak kebesaarannya.
Pada awal masa kelahiran Bani Umayyah, banyak terjadi gejolak dalam kubu umat islam sendiri dalam perebutan kekuasaan, sehingga umat islam pada masa itu terbagi menjadi tigagolongan:
bani umayyah yang dipimpin oleh Mu’awwiayah
syia’ah atau pendukung Ali, yaitu golongan yang mendukung kekhalifahan Ali
Khawarij yang menjadi lawan kedua partai
pemerintahan daulah umawiyah yang ,ibu kotanya  di damaskus berlangsung selama 91 tahun dan dipimpin oleh 14 orang khalifah. dilihat dari perkembangan 14 pemimpin khalifah itu, maka priode bani umayyah tdapat dibagi menjadi tiga priode atau masa, yaitu permulaan, perkembangan atau kejayaan dan yang terakhir aadalah kemunduran atau keruntuhan.  kejayaan bani umayyah dimulai pada masa pemerintahan   Abdul malik karena beliau mampu mencegah disintegrasi yang terajadi sejak pemerintahan Marwan. kejayaan bani umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz (Umar ll). sepeninggaalan umar ll, kekhalifahan mulai melemah dan kemudian akhirnya hancur, karena para khalifash sepeninggalan Umar ll seklalu mengorbankan kepentingan umum demi kepentingan pribadi dan terjadi perebutan kekuasaan antar putra mahkota. hingga pada akhirnya damaskus jatuh ketangan kekuasaan bani Abbas.
system pemerintahan pada masa Mu ‘awwiayah, mulai diadakan perubahan-perubahan administrasi pemerintahan dan dibentuk pasukan khusus pengawal raja, serata dibangaun  bagian khusus dsalam masjid untuk pengamanan ketika sholat. dan masih banyak lagi perombakan yang dilakukan. sedangkan pada masa abdul malik bin marwan, jalannya pemerintahan di tentukan oleh empat departemen pokok (diwan), yaitu :
kementrian pajak tanah (diwan al khorroj)
kementrian khatam (diwan al khatm)
kementrian surat menyurat (diwan al rasail)
kementrian urusan perpajakan 9diwan al mustagallat)
 sedangkan kebijakan politik pada masa umawiyah cenderung pada usaha-usaha pengamanan jika terjadi pertentangan antara suku-suku arab dan juga upaya-upaya  perluasan kekuasaan. ekspansi ke timur maupun barat mencapai hasil yang gemilang pada masa pemerintahan walid 1. setelah itu, pada masa Abdul malik, Al hajjaj ibn yusuf mengangkat Qutaybah sebagai gubernur khurasan, umtuk kemudian mejadi wakiln ya pada tahun 86 H.  ekspansi kebarat pada masa Walid 1 di pimpin oleh Musa ibn nusyai yang kemudian berhasil menyerang aljazair dan maroko.  setelah dapat menundukkannya, ia mengangkat Tarq ibn zayid sebagai wakil untuk memerintah daerah itu, kemudian kira-kira 100.000 tentara spanyol di bawah pimpinan Roderick dapat dikalahkan setelah Tariq mendapat bantuan pasukan yang dikirimkan oleh musa menjadi 12.000 orang, sehinnga ibukota spanyaol jatuh ketangan muslim. kemenangan-kemenangan yang diperoleh umat muslim secarta luas itu menjadikan bangsa arab sebagai tuan tanah dan tinggal di daerah yang sudah dikalahkan itu. sedangkan dari struktur bangsa arab pada waktu itu dapat di kelompokkan menjadi dua kreteria. kreteria pertama menjurus kearah hal-hal yang praktis, sedangkan kreteria yang kedua berupa suatu tindakan pengabdian pada masyarakat yang sifatnya lebih individu. dengan demikian, masayarakat pada masa umawiyah terdiri dari rua kelompok, yaitu kelompok Arab dan Mawali.
pada masa umawiyah terjadi perkembangan peradaban yang lumayan. hal itu dapat dilihat darin perkembangannya. yang pertama dari segi arsitekturnya, diman pada saat itu di damaskus di dirikan gedung-gedung indah yang bernilai seni, dilengkapi dengan jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. muawwiyah juga membangun Istana hijau di miyat pada tahun 704 M. salah satu kota baru  yang di bangun pada masa itu adalah kota Kariawan. pada masa umawiyah ini juga sempat dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap masjid-masjid tua yang te\lah ada sejak zaman Rasulullah dan begitu pula adanya pada masjid Nabawi yang mengalami perluasan.
kemudian orgamisasi militer pada masa umawiyah terdiri dari angkatan Darat(al jund), Angkatan laut (al bahriyah) dan angkatan Kepolisian. berbeda dengan masa usman, diman bala tentara yang ada muncul karena kesadaran untuk melakukan perjuangan,  tetapi pada masa ini karena paksaan. adapun organnisasi kepolisian pada masa mulanya merupakan bagian dari organisasi kehakiman. tetapi kemudian bersifat independent.
dari segi perdagangan dapat dilihat setelah bani umawiyah menguasai wilayah yang cukup luas, sehingga lalu lintas perdagangan dapat dikuasai dan mendapat jaminan yang layak.
selanjutnya perkembangan peradapan pada masa umawiyah di bidang kerajinan dapat dilihat saat pemerintahan khalifah Abd malik. dimana pada waktu itu khalifah mulai merintis Tiraz ( Semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. disisi lain, yaitu dibidang seni lukis sudah mendapatkah perhatian olehb pemerintah, sehingga dapat dijumpai dimasjid-masjid dan dalam istana.
pada masa reformasi fiscal, pemerintahan umawiyahmewajibkan hamper kepada seluruh pemilik tanah muslim maupun mnon muslim untuk membayar pajak tanah. bagi golongan Dzimmi, sebagaimana pada zaman Rasulullah, mereka tidak diperkenankan andil dalam menganghkat senjata, tetapi harus membayar upeti sebagai ganti perlindungan muslimin kepada mereka. tetapi perbedaan pembayaran pajak antaa muslim arab dan non muslim. sehingga dengan adanya perbedaan itu menimbulkan keresahan dan ketidak puasan dalam lingkungan muslim non muslim arab. sehingga pada akhirnya menimbulkan gerakan yang mkemudian meruntuhkan kekuasaah umawiyah.

Gerakan Mahasiswa Indonesia: SuatuTinjauan Hinstoris


Sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia
Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia tidak banyak berbeda dengan sejarah Gerakan Mahasiswa pada umumnya dibelahan dunia manapun. Gerakan Mahasiswa yang didominasi oleh para pemuda yang memiliki watak orang muda yaitu menginginkan perubahan. Dan lahirnya Gerakan Mahasiswa itu tidak dengan perencanaan sebelumnya yang matang, melainkan banyak dikarenakan adanya momentum politik di Indonesia. Pembuktian sejarah gerakan mahasiswa Indonesia sesuai dengan konteks  zamannya, haruslah memberikan kesimpulan apakah  gerakan tersebut, dalam orientasi dan tindakan politiknya,  benar-benar mengarah dan bersandar pada problem-problem dan kebutuhan  struk¬tural rakyat Indonesia. Orientasi dan tindakan politik  merupakan cermin dari bagaimana mahasiswa Indonesia memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan atau ideologinya.
Meski tidak terlalu menentukan,   gerakan mahasiswa yang muncul diberbagai Negara juga memiliki peran yang sangaat penting dan kompleks dalam mengarahkan perubahan sosial.  Karena telah terbukti bahwa gerakan mahasiswa  juga telah memberikann peran yang penting  terhadap perubahan sosial yang ada di argentina,  Venezuela, Vietnam, jepang, polandia, hungaria, Indonesia dan lain sebagainya.
Munculnya kaum terpelajar di Indonesia
Seiring dibangunnya sekolah-sekolah dasar oleh belanda pada abad ke-18, maka kaum-kaum terpelajar pun mulai bermunculan di Indonesia, meskipun pada awalnya hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengakses pendidikan yang di bangun oleh belanda tersebut . namun selama perkembangannya, mulai awal abad ke-19 mulai juga didirikan sekolah-sekolah yang dikelola oleh orang pribumi, yaitu oleh R.A. kartini pada tahun 1903. Kemudian Boedi Utomo, kemudian pada tahun pada tahun 1922 didirikan Taman Siswa o,eh Ki Hajar Dewantara dan seterusnya.
Gerakan mahasiswa Pra-Kemerdekaan
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota. Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925. Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa).  Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Boedi utomo semakin melemah karena terjerembab masuk dalam kerangka politik etis[1]. Terlebih lagi dengan pendukung Boedi Utomo pada saat itu cenderung memajukan pendidikan hanya untuk kaum priyayi di bandingkan golongan pribumi. Bahkan hingga slogan boedi utomo pun ikut berubah dari  “perjuangan untuk mempertahankan penghidupan“  menjadi  “kemajuan secara serasi”[2].
Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeninging, dan lain-lain pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Ir. Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925. Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928.
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Praktis, akibat kondisi yang vakum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Gerakan mahasisawa pasca kemerdekaan
Masa 1945-1950 merupakan momentum yang penting dalam gerakan pemuda   dan  pelajar:  selain melucuti  senjata Jepang,   juga memunculkan   organisasi-organisasi  seperti:   Angkatan   Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Gerakan  Pemuda Republik  Indonesia  (GERPRI),  Ikatan  Pelajar Indonesia (IPI), Pemuda Putri Indoensia (PPI) dan banyak lagi. Pada  saat  belum ada organisasi pemuda  dan pelajar,  yang berbentuk   federasi,  diselenggarakan  Kongres  Pemuda seluruh Indonesia  I (1945) dan II (1946). Dan Gerakan Pemudalah yang berhasil mendesak Soekarno-Hatta melalui penculikan untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan RI.
Setelah kemerdekaan berusia sekitar satu bulan, tidak semua warga Indonesia mengetahui bahwa Indonesian telah benar-benar merdeka. Ini dikarnakan tentara-tentara jepang masih menduduki gedung-gedung pemerintaha, bendera hinomaru juga masih berkibar, polisi-polisi jepang juga masih menghantui  kehidupan rakyat Jakarta[3]. Namun demikian, pada masa-masa itu kondisi Jakarta masih telihat tenang. Berbeda dengan kondisi di daerah lain sehingga mengundang kekecewaan para pemuda terutam  mereka yang sudah  berusaha agar kemerdekaan di proklamirkan. Ditambah lagi dengan sekutu  yang akan segera mendarat di Indonesia yang semakin mempercemas keadaan pemuda pada saat itu. Pada akhirnya para pemuda mengagendakan rapat umum  raksasa untuk  memperingati proklamasi kemerdekaan Indonesia agar seluruh rakyat Indonesia dan dunia mengetahui kemerdekaan Indonesia terutama para sekutu.  Salah satu prastasi luar biasa yang dihasilkan oleh pemuda dan mahasiswa adalah Rapat IKADA, karena setelah itu kemerdekaan Indonesia diketahui oleh seluruh dunia.
Pasca kemerdekaan, selain banyak bernuculan organisasi mahasiswa dengan basis ideologi yang berbeda-beda (HMI, GMKI, PMKRI, CGMI dls) juga banyak yang berdasarkan profesi dan komunitas (PMKH, PMD, PMJ, dls) yang juga ikut memberikan andil pada perubahan sosial yang terjadi pasca kemerdekaan.
Periode   Demokrasi   Liberal   1950-1959 ternyata   tidak memberikan   pendidikan  politik  yang berarti  bagi mahasiwa. Pertemuan  Majelis Permusyawaratan  Mahasiswa (MPM)  dalam  bulan Desember   1955   di  Bogor PPMI memutuskan   untuk menarik keanggotaannya   dari FPI. Dengan  demikian jelaslah   bahwa keanggotaan PPMI dan FPI yang secara sosiologis dapat  memberikan dimensi lingkungan sosial yang lebih luas, dihindari oleh gerakan mahasiswa. Mahasiswa justru  melumpuhkan  akstivitas   politik mereka.  Kemudian  membius diri dengan slogan-slogan "Kebebasan Akademik"  dan "Kembali ke Kampus". Mahasiswa lebih  aktiv  dalam kegitan rekreatif, perploncoan, dan mencari dana.
Persiapan  Pemilu  1955 gerakan mahasiswa kembali mendapat  momentumnnya. Pada saat  itu  berdiri organisasi mahasiswa   yang berafiliasi ke  partai,  seperti  Gerakan  Mahasiswa   Nasional Indonesia (GMNI) yang berafilsi dibawah PNI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GMS/GERMASOS) dengan PSI, Himpunan Mahasiswa Islam   (HMI)  dengan Masyumi,  Concentrasi  Gerakan   Mahasiawa Indonesia (CGMI) dengan PKI.
Pada  tanggal  28 Februari 1957,  aktivis-aktivis mahasiswa yang berbasis di UI berprakarsa menggalang senat-senat mahasiswa dari   berbagai  universitas  dan berhasil  membentuk   federasi mahasiswa yang bernama Majelis Mahasiswa Idonesia (MMI). Sementara  itu  peran militer dalam negara  terus mengalami perluasan  sejak akhir 1950-an.
Depolitisasi gerakan pemuda dan mahasiswa bermula  dari penandatanga nan  kerja sama antara pemuda dan Angkatan  Darat  17 Juni  1957.  Eskponen  gerakan  sosialis dan HMI  diikut sertakan  dalam aktivitas-ak stivitas di luar kampus. Sejak awal 1959 mereka telah mengukuhkan  hubungan dengan administratur-administratur  militer yang  berkaitan  dengan urusan pemuda  dan mahasiswa. Jadi bukan hal yang aneh bila pada  tahun 1966 mahasiswa-mahasiswa Bandung adalah  yang  paling militan berdemonstrasi mengulingkan Soekarno.  Sementara   itu  Gerakan  Pemuda  Islam Indonesia   (GPII) dibubarkan   dengan tuduhan  terlibat usaha pembunuhan   atas Soekarno.  GMNI,  CGMI  dan  GERMINDO  kemudian membentuk  Biro   Aksi Mahasiwa dan menyelengarakan Kongres kelima PPMI di Jakarta  Juli 1961. Pada saat yang sama GERMASOS dan HMI  berhasil  masuk  ke dalam organisasi-organisasi lokal di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Dalam  tahun  1961,  organisasi-organisasi lokal tersebut   membentuk  Sekretariat  Organisasi Mahasiswa Lokal (SOMAL). Dalam banyak kesempatan SOMAL selalu menegur PPMI  agar jangan  terlalu  terlibat  dalam isu politik.  Orang  akan dapat membaca  dalam pernyataan-pernyataan SOMAL, ada semacam hubungan antara aspirasi SOMAL dengan aspirasi senat-senat mahasiswa  yang tergabung dengan MMI.
Gerakan-gerakan mahasiswa pada era 60-an turur memberikan andil dalam menjatuhkan rezim orde lama. Dimana pada saat itu, gerakan mahasiswa ikut bergabung dengan angkatan darat dalam tuntutannya untuk menjatuhkan rezim orde lama yang di pimpin oleh Ir. Sokarno dengan isu Trikora, PKI, Korupsi, kemudian Dwikora ditambah lagi dengan aksi mogok kuliah yang dilakukan oleh  aktifis gerakan mahasiswa pada waktu itu, aksi demontrasi dls.
Namun demikian, aksi-aksi  mahasiswa yang bergabung dengan tentara untuk menjatuhkan rezim orde lama juga telah memberikan andil yang besar terhadap berkuasanya rezim orde baru dan masuknya kapitaslisme ke Indonesia yang kemudian menyengsarakan bangsa Indonesia.
Gerakan Mahasiswa Pada Era Orde Baru
Dalam masa ini orientasi gerakan mahasiswa yang sudah  mulai membaik  dalam  mengugat hubungan  sosial kapitalisme, fasisme, imperialisme,  dan sisa-sisa feodalisme dikalahkah oleh  kesiapan militer  (yang masuk dalam gerakan pemuda mahasiswa dan  partai-partai sayap kanan). Jadi Gerakan Mahasiswa periode 66 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa yang tidak sepenuhnya berpihak pada rakyat. Sebelum  tahun  1970-an aktivis yang  mula-mula sadar  akan kekeliruan  ini adalah Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib  (HMI).
 Namun seperti  juga generasi baru aktivis-aktivis mahasiswa dan  pemuda tahun  70-an  lainnya yang mulai  menyadari  kekeliruan  strategi mereka  kembali membuat kesalahan strategi lainnya:  terpisah dari potensi kekuatan rakyat, atau tanpa basis kekuatan  massa yang  luas,  demostrasi TMII; anti-korupsi; Golput; Malari;  dan gerakan   '78  dengan  Buku  Putihnya merupakan   contoh-contoh keterasingan dan frustasi. Jadi pada periode 74-78 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa mengalami kegagalan karena gerakan tersebut kurang berinteraksi dengan massa rakyat.
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
• Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
• Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi. Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapatdilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan. Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri. Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden. Pada  tahun 1980-an, tawaran LSM, literatur populis dan  ada juga  sedikit  yang  struktural terutama yang  di  Barat, serta belajar  keluar  negeri  merupakan suatu  kondisi  objektif  yang ditawarkan  oleh kapitalisme yang  sedang  berada  pada titik kontradiski ekonomi, politik, dan budayanya produktivitas  yang rendah  (terutama produk yang  mempunyai  watak nasionalistis), kemiskinan, gap   antara   kaya   dan   miskin, pengangguran, konsumerisme,   kesenjangan   harga   dan pendapatan, krisis kepemimpinan,   rendahnya kuantitas  dan   kualitas pendidikan politik,  kosongnya  dunia pendidikan, keilmuan dan  budaya  yang nasionalistis  dan  pro-rakyat, perusakan lingkungan,  dekadensi moral,  dan  sebagainya,  yang belum  pernah terjadi  sedemikian membahayakan dalam sejarah bangsa Indonesia.  Kondisi  popularitas LSM, gelar-gelar akademis, teori-teori dan  kesimpu lan-kesimpulan ilmu-ilmu sosial (tentang masyarakat Indonesia)  yang dipasok dari luar negeri (terutama  dari  Barat) menyuburkan  budaya diskusi, penelitian masyarakat dan  aksi-aksi sosial  kedermawanan dan  peningkatan  pendapatan.  BRAVO! buat menjamurnya kelompok studi (1983) dan LSM, yang direspon mahasis¬wa-mahasiswa moderat. Mereka yang tadinya berkeras menolak jalan aksi-aksi pengalangan massa, dalam waktu relatif cepat berbalik beramai-ramai ikut mendukung apa yang disebut sebagai gerakan "arus bawah". Yang lebih parah lagi adalah LSM, yang walaupun tidak pernah memberikan  picu  bagi tindakan  politik, proses pembusukkannya lebih  lamban ketimbang kelompok studi. Sokongan  keuangan  yang besar, yang terus-menerus mendemoralisasi aktivis-aktivis  sosial (bahkan  mahasiswa)  yang  diserap  kedalamnya, menyebabkan  LSM bertahan dalam wataknya semula.