Teori-teori Sosiologi

Minggu, 05 Juni 2011

Demokrasi Kita Dibajak (3)


Perjalanan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari awal kemerdekaan hingga saat ini. proses berdemokrasi kita harus melewati beberapa tahap dari yang disebut dengan demokrasi parlementer, kemudian demokrasi terpimpin, kemudian demokrasi pancasila, hingga akhirnya era reformasi.
Dari berbagai system demokrasi diatas, dapat dikatakan bahwa hanya pada era reformasi inilah hawa segar dari demokrasi itu benar-benar dapat dinikmati, karena pada era reformasi semua terbuka dan dapat diakses dengan begitu mudahnya. Namun, meskipu era reformasi menjadi titik mpangkal demokrasi Indonesia menju kearah yang lebih baik, ternnya itu bukan perkara yang mudah karena demokrasi di era reformasi kembali diwarnai oleh catatan-catatan hitam oleh para penegak hukum maupun pemerintahnya. Kita liat saja bagaimana demokrasi kita diwarnai dengan kekerasan, munculnya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat sampai pada kasus yang sangat memalukan yang dilakukan pada elit negeri ini.
Sebagai warga Negara Indonesia, ungkapan “demokrasi kita dibajak” mungkin merupakan ungkapan yang pas melihat kondisi demokrasi kita saat ini. Betapa tidak, pemberitaan media akhir-akhir ini tentang para pemimpin dan wakil rakyat yang ada di pemerintahan membuat kita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat apa yang sudah mereka kerjakan sebagai wakil rakyat.
Demokrasi yang sudah dirintis sejak awal kemerdekaan hingga saat ini yang bisa dikatakan mulai menuju kearah kedewasaan dalam praktek berdemokrasinya dengan begitu mudah dinodai. Melihat kenyataan yang begitu memilukan dari pekerjaan pemerintah dan para wakil rakyat selama ini secara sadar memang sudah membuat praktek demokrasi kita mengalami penurunan yang segnifikan, alih-alih mensejahtrakan, demokrasi yang dikatakan menuju kedewasaan malah menjerumuskan dan membuat masyarakat menjadi begitu kecewa dengan prilaku elit politik yang mengatasnamakan diri mereka wakil rakyat. Entah rakyat yang mana yang mereka wakili. Munkin rakyat yang mereka wakili adalah rakyat alam gaib yang sama sekali tidak terlihat sehingga tidak bisa dilihat hasil dari keterwakilan mereka.
Berbagai kasus terkait prilaku anggota dewan mencuat ke publik, masyarakat luas pun dengan mudah mengetahui perbuatan wakil-wakilnya di parlemen. Sisi baiknya dari hal ini mungkin adalah bahwa rakyat dapat mengetahui kebusukan para wakil mereka di parlemen.
Tetapi dengan kondisi demokrasi yang carut-marut ini, Indonesia masih saja dipuji oleh Negara lain, bahkan baru-baru ini Vietnam lewat mentri luar negerinya mengungkapkan keinginannya belajar berdemokrasi dari Indonesia. Sebuah dilemma tentunya, dimana kondisi demokrasi Indonesia saja tidak mencerminkan suatu praktek berdemokrasi yang baik, malah ada Negara  yang ingin belajar demokrasi dari Indonesia.
Tetapi mungkin inilah salah satu sisi baik dari dinamika demokrasi kita, yang dilihat dari system demokrasi yang deterapkan  bukan pengaruhnya kepada kesejahtraan rakyat, tetapi sukses atau tidaknya pemilihan umum (pemilu) di tingkat nasional. Padahal, pemilu itu sendiri tidak terlepas dari kebusukan dimana money politik menjadi pilihan utama.
Banyak pemberitaan terkait munculnya berbagai kasus yang ada di indonesi jika dilihat sisi baiknya mungkin memang benar jika semua kasus tersebut dikatakan sebagai salah satu proses atau konsekuensi menuju praktek berdemokrasi yang lebih maju. Namun jika dikaji lagi, atau kalau kita sebagai bangsa Indonesia mau jujur, maka kita akan lebih mengatakan bahwa berbagai kasus yang muncul tersebut sebenarnya bukan proses menuju kedewasaan kita dalam berdemokrasi, tetapi lebih merupakan kegagalan kita mewujudkan demokrasi itu sendiri. Bagaimana tidak, demokrasi yang seharusnya berpengaruh besar pada kemandirian bangsa serta kesejahtraan bagi rakyatnya berbading terbalik dengan kondisi objektif yang ada dalam proses berdemokrasi tersebut. Hal ini pada dasarnya merupakan kegagalan yang benar-benar tidak bisa dibiarkan begitu saja, tapi apa yang bisa dilakukan rakyat kecil untuk menang melawan kekuasaan.
Terlepas dari pada itu, beberapa waktu yang lalu ada pernyataan yang dikeluarkan oleh salah seorang wakil rakyat yang menjabat sebagai ketua DPR dari fraksi partai demokrat: Marzuki Ali dalam kasus pembuatan gedung baru DPR. Dengan gaya orang yang tidak bersalah ia mengatakan bahwa rakyat tidak perlu tau atau tidak perlu ikut campur dalam urusan pembangunan gedung baru DPR.  Dari ungkapan tersebut, kita patut bertanya, apakah ini bentuk praktek berdemokrasi bangsa kita dalam menuju kedewasaan, atau ini adalah bentuk penghianatan demokrasi.
Jelas ini adalah penghianatan demokrasi, karena bagaimanapu adanya, system demokrasi menuntut partisipasi masyarakat dalam menentukan kebijakan, apalagi di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang masih jauh dari sejatera tiba-tiba wakil-nya yang hidup mewah di pemerintahan ingin membuat gedung baru dengan dana yang mencapai triliunan  dengan dalih kalau gedung DPR yang mereka huni saat ini sudah tidak layak, padahal masyarakat yang mereka wakili masih banyak yang tidur di kolong-kolong jembatan. Kita lihat sja para TKI  yang ada di arab Saudi, kemudian para korban penggusuran. Sehingga dapat dikatakan sangat tidak pantas dalam system demokrasi wakil rakyat berkata seperti itu. Tetapi itulah yang terjadi dengan demokrasi kita saat ini, dimana rakyat dirampas hak-haknya oleh pemimpin mereka sendiri.
Hal tersebut diatas hanya sebagian contoh kecil saja bagaimana demokrasi kita saat ini benar-benar telah dikotori oleh penumpang gelap yang berdasi, berpendidikan tinggi tetapi tidak bermoral. Disisi lain masih banyak lagi fakta yang menunjukkan bahwa praktek demokrasi kita saat ini merupak praktek demokrasi kriminal.
Merupakan suatu utopia jika kita berharap demokrasi kita bisa lebih baik ditengah kondisi saat sekarang ini. mungkin kita hanya bisa menunggu waktu yang tepat untuh merubah kondisi ini dengan mengulang memori masa lalu saat merebut demokrasi dari tangan rezim yang otoriter pada tahun 1998. Namun, waktu itu mungkin akan datang lebih lama, bahkan tidak dapat diprediksi kapan datangnya, karena jika kita berkaca pada kondisi pemuda saat ini, terutama mahasiswa, kebanyakan sudah tidak tergerak lagi hatinya untuk membicarakan demokrasi apalagi politik. Mungkin mereka anti, atau bahkan mereka sudahtidak mau tau karena tahap keprihatinan melihat kondisi bangsa ini sudah tidak dapat di toleransi lagi sehigga lebih baik mereka membicarakan persoalan style dan pacar.
Hal yang juga sangat mengecewakan tentunya, tapi mungkin tidak lebih mengecewakan dari pada prilaku anggota dewan kita selama ini. kalau boleh ditununjuk satu persatu siapa oarnag-orang yang sudah menciderai demokrasi kita hati ini, mungkin kita tidak bisa meyebutnya orang-perorang, tetapi yang pastinya mereka adalah orang-orang yang hari ini menikmati kekuasaan yang diamantkan oleh rakyat, tetapi mereka salah gunakan untuk kepentingan nafsu binatang mereka. Sunggu sesuatu yang memiriskah hati tentunya!

1 komentar:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus